Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern  

MEKKAH, TANIFAKTUAL.COM – Kota Makkah kini menjadi contoh penting bagi dunia Islam dan komunitas teknik global dalam mengembangkan sistem pengelolaan limbah modern yang berkelanjutan. Melalui proyek Independent Sewage Treatment Plant (ISTP) di kawasan Arana dan Hadda, pemerintah Arab Saudi menunjukkan langkah strategis dalam mewujudkan target Saudi Vision 2030, dengan menekankan efisiensi energi dan pemanfaatan sumber daya terbarukan dari sektor sanitasi, Minggu (9/11/2025).

Menurut Muhammad Sirod, Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bioenergi Indonesia (ASPEBINDO) sekaligus Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PII), pengelolaan air limbah di Makkah menyimpan potensi besar untuk dikonversi menjadi bio-energi melalui teknologi anaerobic digestion (AD).

“Dari volume pengolahan mencapai lebih dari 350.000 meter kubik limbah per hari, potensi energi yang bisa dihasilkan setara lebih dari 100 megawatt jam listrik setiap hari. Energi ini cukup untuk menyuplai sebagian besar kebutuhan operasional fasilitas secara mandiri,” ujar Sirod.

Melalui proses biologis anaerobik, lumpur hasil pengolahan limbah dapat diubah menjadi biogas yang kaya metana. Gas ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dan panas melalui sistem combined heat and power (CHP). Selain mengurangi ketergantungan terhadap energi eksternal, sistem ini juga menekan emisi karbon secara signifikan.

Lebih lanjut, Makkah memiliki tantangan tersendiri karena fluktuasi volume limbah yang sangat tinggi selama musim Haji dan Umrah. Oleh sebab itu, sistem pengolahan yang fleksibel, efisien, dan terintegrasi dengan produksi energi menjadi strategi vital untuk menjaga stabilitas operasi.

“Pendekatan co-digestion antara lumpur domestik dan limbah makanan selama musim ibadah terbukti meningkatkan produksi biogas sekaligus mempercepat stabilisasi lumpur,” tambahnya.

Selain nilai energi, integrasi sistem AD memberikan manfaat lingkungan yang besar. Pengurangan volume lumpur dan kontrol emisi metana dapat menurunkan risiko pencemaran udara dan air tanah. Air hasil olahan dapat digunakan kembali untuk irigasi kawasan hijau, sementara residu padat yang stabil bisa dimanfaatkan sebagai pembenah tanah, menjadikan seluruh rantai proses bagian dari ekonomi sirkular.

Proyek ISTP di Makkah dijalankan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang membuka peluang investasi bagi pengembang energi bersih. Struktur bisnis jangka panjang memungkinkan penetapan harga listrik dan panas dari biogas secara lebih pasti, menciptakan model investasi yang menarik dan berkelanjutan.

“Belajar dari Makkah, sistem pengolahan limbah seharusnya tidak hanya dipandang sebagai kewajiban sanitasi, tetapi juga sebagai sumber energi terbarukan yang dapat menopang kota secara mandiri,” tegas Sirod.

Menurutnya, Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga untuk mengembangkan infrastruktur pengolahan air limbah perkotaan berbasis energi terbarukan, terutama di kawasan padat seperti Jabodetabek dan kota wisata religius.

Dengan pendekatan teknokratik, pemantauan berbasis data, serta pelatihan teknis operator, integrasi antara pengelolaan air limbah dan produksi energi dapat menjadi salah satu pilar transformasi menuju kota berketahanan energi dan rendah karbon.

Editor : Emed Tarmedi

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya

NASIONAL

Berita Pilihan

Kunjungi Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Pemerintahan

Berita Populer